Rabu, 09 Juni 2010

Kisah Klasik

Mengingat Kembali Impian Papah dan Mamah
“( Kisah Nyata Anak Rantau ( Me ) )”


Disebuah rumah yang sederhana tinggalah sepasang suami istri dan tiga orang anaknya. Mereka senang mempunyai tiga orang anak walaupun sebelum mereka menjalin suatu keluarga mereka berharap akan mempunyai seorang anak perempuan.Tapi, Tuhan berkehendak lain tiga orang anak yang mereka miliki berjenis kelamin laki-laki. Dengan wajah yang gembira, mereka bergantian menyuapi sang anak, saat sang anak menangis dengan suara khas tangisan bayi karena lapar, begitu juga pada saat sang anak ngompol di tempat tidur, mereka berdua dengan sabar mengganti popok, baju dan sprei walaupun kondisi sudah larut malam, akan tetapi mereka melakukannya dengan senang dan gembira itu lah tutur beliau kepadaku saat itu.

Pada saat mereka menimang-nimang sang anak tersebut telintas sepercik harapan bahwa sang anak-anak ini nanti akan menjadi tumpuan hidup mereka pada saat mereka tua, mereka punya satu harapan yang kuat bahwa anak nya nanti akan bisa menjadi anak yang baik dan berhasil dalam hidupnya dan bisa mangayomi dan merawat mereka di usia senjanya. Kata-kata itu selalu terngiang dalam benak dan pikiranku ketika aku berada jauh dari beliau, seperti sekarang ini.

Bertahun-tahun telah berlalu, sang anak sudah beranjak dewasa, sang anak sudah melewati masa TK, SD, SMP dan SMA, serta Perguruan tinggi. Selama bertahun-tahun pendidikan yang telah dilalui sang anak tadi, tanpa sedikit pun sang anak tahu biaya yang dikeluarkan sekian tahun untuk pendikannya, demi anak tercintanya orang tua kita rela hanya makan sekedarnya, berpakain seadanya demi biaya sekolah sang anak, demi anaknya tidak kelaparan di rantau orang, demi anaknya yang menjadi harapan dan tumpuan hidup di usia senjanya.

Salah seorang anak mereka akhirnnya bekerja di suatu perusahaan manjadi seorang karyawan, akan tetapi dengan penghasilan pas-pasan, penghasilannya hanya masih cukup untuk keperluan hidupnya sendiri untuk makan, biaya kontrakan, handphone dan sebagainya sehingga belum bisa untuk membatu kedua orang tuanya.

Tersirat disuatu malam diketika itu, sang anak menangis teringat kedua orang tuannya yang jauh disana. Walaupun kasih sayang dan do’anya selalu ada tapi sang anak ingat akan apa yang ingin dia berikan kepada kedua orang tuanya itu. Akhirnya dia berpikir dan berpikir, “ Sekarang aku sudah dewasa, aku sudah bekerja tapi aku bersyukur dengan semua ini walaupun semuanya belum bisa aku raih secara maksimal tapi aku setidaknya sudah bisa mencukupi kebutuhan aku dengan jerih payah aku sendiri, sedikit demi sedikit pasti bisa aku raih dengan niat, rasa syukur, rasa ikhlas dan kesabaran…pasti aku bisa membahagiakan kedua orangtuaku. Aku yakin!!!!

Pulang kerja suatu malam aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku merenungkan perjalanan hidupku bertahun-tahun selama ini, aku ingat dan sadar bahwa pada saat aku kecil kedua orang tuaku mempunyai harapan yang besar kepada diriku, akan tetapi dengan kondisi zaman sekarang ini yang mana harga seorang sarjana katanya hanya layaknya kacang goreng, aku merasa berdosa dengan kondisi yang sekarang karena belum bisa berbuat apa-apa untuk kedua orang tuaku, aku hanya sekedar mampu mengatakan saya cinta papah, saya cinta mamah hanya itu saja tapi tanpa bisa berbuat dan membatu secara real kepada kedua orang tuaku yang sudah semakin tua. Mudah-mudahan dengan berjalannya waktu dan kedewasaanku ini, akan membawaku selalu dijalan-Nya sehingga aku selalu bisa sabar, ikhlas, tawakal menjalani semuanya. Dan aku selalu yakin selama kita mau berusaha dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, kebahagiaan pasti akan aku raih walaupun aku belum tahu kapan waktunya tapi aku selalu yakin hal itu pasti bisa aku dapatkan. Amin ya rabb….

Lama sekali aku merenungkan kehidupanku di malam itu, akhirnya aku tersentak dan aku mulai mengingat sesuatu yang sudah lama aku lupakan yaitu sebuah buku impianku, aku mulai mencari-mencari keberadaan buku impiaku, akhirnya aku menemukannya dan mulai dibersihkan dari debu-debu karena sudah sekian lamanya tidak pernah dibuka kembali.

Pelan-pelan akhirnya aku buka dengan perlahan, dengan menetes kan air mata aku membuka lembar-demi lembar buku impian yang pernah aku buat beberapa tahun lalu, semakin lama tangisku semakin keras dan tidak bisa menahan tetes deras air mataku yang mengalir, ketika aku menemukan lembar yang terdapat gambar kedua orang tuanku dengan gambar rumah, mobil dan ka’bah. Ternyata aku pernah mempunyai impian untuk bisa membelikan kedua orang tuaku rumah, mobil, dan menaikkan haji kedua orang tuaku, dan sejak itu bangkitlah kembali semangat hidupku, semangat perjuangan untuk berjuang mewujudkan itu semua, dengan masih penuh air mata aku mengatakan “ SAYA HARUS MULAI SEKARANG, SAYA TIDAK BOLEH MENYERAH DENGAN KONDISI SAYA SEKARANG, SAYA YAKIN SAYA BISA BERUBAH, SAYA TIDAK BOLEH HANYA SEKEDAR MENGELUH, PAPAH-MAMAH DO’A KAN SAYA , SAYA TIDAK BOLEH GENGSI KARENA GENGSI TIDAK BISA MEMBUAT IMPIAN SAYA TERWUJUD, SAYA PASTI BISA “

Akhirnya aku sampai saat ini terus dan terus berjuang untuk mewujudkan impianku satu demi satu tapi pasti. Amin ya rabbal alamin….

Mudah-Mudahan aku selalu dijauhkan dari sifat-sifat buruk, sehingga aku tidak termasuk orang-orang yang sombong atau sifat-sifat buruk yang lainnya.

Selamat berjuang untuk semuanya !!! sukses selalu semuanya
Tetap semangat memberikan yang terbaik untuk semuanya….!!!!
Team Accounting Eum....!!!